Saturday, 24 February 2018
Friday, 2 February 2018
DUNIA DAN BAHAYA MENCINTAI DUNIA
DUNIA DAN
BAHAYA MENCINTAI DUNIA
Banyak orang tertipu oleh
kehidupan dunia. Mereka terpana pada hijau manaunya dunia. Mereka terperdaya
oleh indah dan nikmatnya dunia.
Mereka berjuang
mati-matian untuk mendapatkan kenikmatan dunia. Hayalan mereka, keinginan
mereka, ambisi mereka dan cita-cita mereka hanyalah kenikmatan dunia. Mereka seolah-olah
menyangka bahwa hidup di dunia ini selamanya. Mereka lupa bahwa kenikmatan dunia
ini akan berakhir.
Bagaimana Islam
memandang kehidupan dunia?
Mari kita lihat bagaimana
Alquran dan Sunnah memandang, manimbang atau menakar dunia dan kenikmatannya.
1. Dunia hanyalah
senda gurau dan permainan belaka. Sementara akhirat, itulah kehidupan yang sebenarnya.
Allâh Azza
wa Jalla berfirman:
وَمَا هَٰذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا
إِلَّا لَهْوٌ وَلَعِبٌ ۚ وَإِنَّ الدَّارَ الْآخِرَةَ لَهِيَ الْحَيَوَانُ ۚ لَوْ
كَانُوا يَعْلَمُونَ
Dan
kehidupan dunia ini hanya senda gurau dan permainan. Dan sesungguhnya negeri
akhirat itulah kehidupan yang
sebenarnya, sekiranya mereka mengetahui. [Al-‘Ankabût/29: 64]
Kehidupan
akhirat adalah kehidupan yang hakiki, kehidupan yang sebenarnya, yaitu
kehidupan yang terus menerus, tetap, dan kekal selamanya.
2. Kehidupan
dunia ini dinamakan dunia karena rendah dan hina, karena dunya artinya paling
rendah atau hina. Kehidupan dunia yaitu sesuatu yang sedikit dan kecil,
kehidupan yang penuh dengan syahwat dan fitnah. Akhir dari dunia adalah
kefanaan dan kemusnahan.
Allâh Azza
wa Jalla berfirman:
فَمَا مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا
فِي الْآخِرَةِ إِلَّا قَلِيلٌ
Padahal
kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat
hanyalah sedikit. [At-Taubah/9:38]
3. Dunia ini seperti setetes air yang
melekat di jari, sedangkan akhirat seperti samudera yang sangat luas.
Rasûlullâh
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
وَاللهِ ، مَا الدُّنْيَا فِـي
الْآخِرَةِ إِلَّا مِثْلُ مَا يَـجْعَلُ أَحَدُكُمْ إِصْبَعَهُ هٰذِهِ – وَأَشَارَ
يَحْيَ بِالسَّبَّابَةِ – فِـي الْيَمِّ ، فَلْيَنْظُرْ بِمَ تَرْجِـعُ
Demi
Allâh! Tidaklah dunia dibandingkan akhirat melainkan seperti salah seorang dari
kalian mencelupkan jarinya ke laut, -(perawi hadits ini yaitu)Yahya memberikan isyarat dengan jari telunjuknya-
lalu hendaklah dia melihat apa yang dibawa jarinya itu?[1]
Sungguh jika
kita celupkan jari kita ke laut maka air yang terbawa oleh kita hanyalah
sedikit jika dibandingkan dengan samudera yang begitu luas. Bagitulah perbandingan
antara dunia dan akhirat.
4. Dunia ini dilaknat oleh Allâh Azza wa Jalla. Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu,
ia berkata, “Aku mendengar Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَلَا إِنَّ الدُّنْيَا مَلْعُوْنَةٌ
مَلْعُوْنٌ مَا فِـيْهَا إِلَّا ذِكْرُ اللهِ وَمَا وَالَاهُ وَعَالِـمٌ أَوْ
مُـتَـعَلِّـمٌ
Ketahuilah,
sesungguhnya dunia itu dilaknat dan dilaknat apa yang ada di dalamnya, kecuali
dzikir kepada Allâh, ketaatan kepada-Nya, orang berilmu, atau orang yang
mempelajari ilmu. (HR ???)
Artinya, apa saja yang
melalaikan manusia dari ibadah kepada Allâh maka itu terlaknat.
5. Dunia ini lebih
jelek daripada bangkai anak kambing yang cacat. Diriwayatkan
dari Jabir Radhiyallahu anhu :
أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَرَّ بِالسُّوْقِ
دَاخِلًا مِنْ بَعْضِ الْعَالِيَةِ وَالنَّاسُ كَنَفَتَهُ. فَمَرَّ بِجَدْيٍ
أَسَكَّ مَيِّتٍ فَتَنَاوَلَهُ فَأَخَذَ بِأُذُنِهِ، ثُمَّ قَالَ: ))أَيُّكُمْ
يُحِبُّ أَنَّ هَذَا لَهُ بِدِرْهَمٍ؟ (( فَقَالُوْا: مَا نُحِبُّ أَنَّهُ لَنَا
بِشَيْءٍ وَمَا نَصْنَعُ بِهِ؟ قال:(( أَتُحِبُّوْنَ أَنَّهُ لَكُمْ؟ )) قَالُوْا:
وَاللهِ لَوْ كَانَ حَيًّا كَانَ عَيْبًا فِيْهِ، لِأَنَّهُ أَسَكُّ. فَكَيْفَ
وَهُوَ مَيِّتٌ؟ فَقَالَ: (( فَوَاللهِ لَلدُّنْيَا أَهْوَنُ عَلَى اللهِ مِنْ
هَذَا عَلَيْكُمْ
)).
Sesungguhnya Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam berjalan melewati pasar sementara banyak orang
berada di dekat Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Beliau berjalan melewati
bangkai anak kambing jantan yang kedua telinganya kecil. Sambil memegang telinganya
Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa diantara kalian yang
berkenan membeli ini seharga satu dirham?” Orang-orang berkata, “Kami sama
sekali tidak tertarik kepadanya. Apa yang bisa kami perbuat dengannya?” Beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apakah kalian mau jika ini menjadi
milik kalian?” Orang-orang berkata, “Demi Allâh, kalau anak kambing jantan ini
hidup, pasti ia cacat, karena kedua telinganya kecil, apalagi ia telah mati?”
Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
فَوَاللهِ لَلدُّنْيَا أَهْوَنُ عَلَى
اللهِ مِنْ هَذَا عَلَيْكُمْ
Demi Allâh, sungguh, dunia itu lebih
hina bagi Allâh daripada bangkai anak kambing ini bagi kalian.[ HR. Muslim, no. 2957]
6. Dunia bagi Allah,
tidak berharga meskipun hanya seberat sayap nyamuk. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda,
لَوْ كَانَتِ الدُّنْـيَا تَعْدِلُ
عِنْدَ اللهِ جَنَاحَ بَعُوْضَةٍ ، مَا سَقَى كَافِرًا مِنْهَا شَرْبَةَ مَاءٍ
Seandainya dunia di
sisi Allâh sebanding dengan sayap nyamuk, maka Dia tidak memberi minum sedikit
pun darinya kepada orang kafir[4]
----===000===----
Ada delapan hal yang
dicintai manusia, Allah rinci dalam surat Attaubah ayat 24:
قُلْ إِنْ كَانَ آَبَاؤُكُمْ
وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ
اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا
أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ
فَتَرَبَّصُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي
الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ
“Katakanlah, “Jika
bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, keluargamu, harta
kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan
tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan
Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah
mendatangkan keputusan-Nya.” Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada
orang-orang yang fasik.” (QS. At-Taubah: 24)
Ayat di atas menerangkan
tentang orang yang mencintai dunia, yaitu keluarga, harta, bisnis hingga rumah
tempat tinggalnya.
Ayat di atas menunjukkan
ancaman bagi orang yang menjadikan delapan perkara duniawi tersebut lebih ia
cintai daripada urusan agamanya.
Semoga kita bukan termasuk
orang yang diancam dalam ayat ini.
Apa tanda seseorang cinta dunia?
Tandanya adalah gila harta, gila jabatan, gila kehormatan, gila ketenaran;
hidup mewah dengan pakaian, makanan dan minuman; waktunya sibuk mengejar dunia;
ia mengejar dunia lewat amalan akhirat; juga lalai dari ibadah.
Sungguh mencintai
dunia adalah penyakit yang berbahaya. Inilah penyakit yang paling berbahaya. Lebih
berbahaya dari segala macam jenis penyakit fisik.
Apa bahaya cinta
dunia?
Pertama:
Ibnul Qayyim menyatakan dalam Hadi Al-Arwah (hlm. 48) bahwa kunci segala
keburukan adalah cinta dunia dan panjang angan-angan.
Jadi jika seseorang lebih memilih kesenangan dunia, maka sesungguhnya dia
sedang membuka pintu keburukan bagi hidupnya.
Kedua:
Orang yang cinta dunia berpotensi mengorbankan agamanya, bahkan menjual
agamanya dan lebih memilih kekafiran.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
بَادِرُوا بِالأَعْمَالِ فِتَنًا
كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِى كَافِرًا
أَوْ يُمْسِى مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنَ
الدُّنْيَا
“Bersegeralah
melakukan amalan shalih sebelum datang fitnah (musibah) seperti potongan malam
yang gelap. Yaitu seseorang beriman pada waktu pagi lalu kafir
di sore hari. Ada pula yang sore hari beriman dan di pagi hari dalam keadaan kafir.
Ia menjual agamanya demi (mendapatkan) sedikit dari keuntungan dunia.” (HR. Muslim no. 118)
Ketiga:
Hati jadi lalai
dari mengingat akhirat sehingga kurang dalam beramal shalih.
Dari Abu Musa
Al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
مَنْ أَحَبَّ دُنْيَاهُ أَضَرَّ
بِآخِرَتِهِ وَمَنْ أَحَبَّ آخِرَتَهُ أَضَرَّ بِدُنْيَاهُ فَآثِرُوا مَا يَبْقَى
عَلَى مَا يَفْنَى
“Siapa yang begitu
gila dengan dunianya, maka itu akan memudaratkan akhiratnya. Siapa yang begitu
cinta akhiratnya, maka itu akan mengurangi kecintaannya pada dunia.
Dahulukanlah negeri yang akan kekal abadi (akhirat) dari negeri yang akan fana
(dunia).” (HR. Ahmad, 4:412. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth mengatakan bahwa hadits
ini hasan lighairihi.)
Dalam surat
Adz-Dzariyat juga disebutkan,
قُتِلَ الْخَرَّاصُونَ (10) الَّذِينَ
هُمْ فِي غَمْرَةٍ سَاهُونَ (11)
“Terkutuklah
orang-orang yang banyak berdusta, (yaitu) orang-orang yang terbenam dalam
kebodohan yang lalai.” (QS. Adz-Dzariyat: 10-11)
Yang dimaksud
“alladzina hum fii ghomroh” adalah mereka buta dan jahil akan perkara akhirat. “Saahun”
berarti lalai. As-sahwu itu berarti lalai dari sesuatu dan hati tidak
memperhatikannya. Sebagaimana
hal ini ditafsirkan dalam Zaad Al-Masir karya Ibnul Jauzi.
Keempat:
Juga karena cinta
dunia akan menjadikan seseorang kurang mendapatkan kelezatan ketika berdzikir.
Di dalam Majmu’ah
Al-Fatawa (9:312), Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menyebutkan perkataaan ulama
Syam yaitu Sulaiman Al-Khawwash, “Dzikir bagi hati kedudukannya seperti makanan
untuk badan. Ketika badan sakit, tentu seseorang sulit merasakan lezatnya
makanan. Demikian pula untuk hati tidak bisa merasakan nikmatnya dzikir ketika
seseorang terlalu cinta dunia.”
Terakhir, kelima:
Orang yang gila dunia urusannya akan jadi sulit. Beda kalau seseorang mengutamakan
akhirat. Dari Anas bin Malik radhiyallahu
‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ كَانَتِ الآخِرَةُ هَمَّهُ جَعَلَ
اللَّهُ غِنَاهُ فِى قَلْبِهِ وَجَمَعَ لَهُ شَمْلَهُ وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا
وَهِىَ رَاغِمَةٌ وَمَنْ كَانَتِ الدُّنْيَا هَمَّهُ جَعَلَ اللَّهُ فَقْرَهُ
بَيْنَ عَيْنَيْهِ وَفَرَّقَ عَلَيْهِ شَمْلَهَ وَلَمْ يَأْتِهِ مِنَ الدُّنْيَا
إِلاَّ مَا قُدِّرَ لَهُ
“Barangsiapa yang
ambisinya adalah untuk menggapai akhirat, maka Allah akan memberikan kecukupan
dalam hatinya, Dia akan menyatukan keinginannya yang tercerai berai, dunia pun
akan dia peroleh dan tunduk hina padanya. Barangsiapa yang niatnya adalah untuk
menggapai dunia, maka Allah akan menjadikan dia tidak pernah merasa cukup, akan
mencerai beraikan keinginannya, dunia pun tidak dia peroleh kecuali yang telah
ditetapkan baginya.” (HR. Tirmidzi, no. 2465. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa
hadits ini shahih.)
Lalu bagaimana agar
tidak gila dunia?
1. Harus yakin dunia
itu hina dan yakin dunia itu akan fana dibanding akhirat yang kekal abadi.
2. Qana’ah (nerimo)
dengan yang sedikit, apa saja yang Allah beri.
3. Mendahulukan ridha
Allah daripada hawa nafsu, keluarga dan kepentingan dunia.
4. Bersabar dan mengharapkan
kenikmatan yang begitu banyak di surga.
Bagaimana seharusnya
kita menyikapi kenikmatan dunia
Dari Abu Hurairah
radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
الدُّنْيَا سِجْنُ الْمُؤْمِنِ وَجَنَّةُ
الْكَافِرِ
“Dunia adalah
penjara bagi orang beriman dan surga bagi orang kafir.” (HR. Muslim, no. 2392)
Dikatakan seperti penjara
karena orang mukmin terhalang untuk melakukan syahwat yang diharamkan. Tidak
bebas melakukan yang enak-enak. Kehidupannya dibatasi oleh aturan demi aturan.
Sedangkan keadaan orang-orang kafir adalah sebaliknya, mereka merasa bebas melakukan
apa saja. Halal haram mereka hantam. Bebas
seakan-akan mereka berada di surga.
Maka seyogyanyalah
kita menjadikan dunia seperti penjara bagi kita. Dimana setiap langkah dan gerak
kita dibatasi oleh syariat Allah SWT. Kita tidak merasa bebas melakukan apa
yang kita suka sebagai manusia. Namun di dalam ketidak bebasan itulah indahnya kehidupan.
Karena ketidak bebasan hidup itu artinya adalah hidup dalam syariat dan sesuai
dengan keinginan Allah dari kita. Maka itulah kehidupan yang paling indah. Tiada
lagi yang lebih indah selain hidup dalam ketaatan dan ketakwaan. Di dunia saja
kita akan merasakan kebahagiaan jika kita selalu dalam ketaatan. Apalagi di
akhirat nanti. Maka kebahagiaan yang akan kita dapatkan jauh lebih nikmat dan
indah. Itulah kehidupan di syorganya Allah SWT. Itulah kehidupan yang abadi. Dan
itulah keindahan dan kenikmatan yang abadi dan sejati.
جعلنا وإياكم من أهل جنات النعيم.
Subscribe to:
Posts (Atom)