Saturday 28 September 2019

SIFAT-SIFAT IBAD ARRAHMAN (Hamba-Hamba Tuhan Yang Maha Pengasih) -Tafsir Surat Alfurqan Ayat 63 – 77


وَعِبَادُ الرَّحْمَٰنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا
63.  Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.
#Hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih yang shalih berjalan di muka bumi dengan tenang dan penuh kerendahan hati. Apabila orang-orang jahil lagi bodoh menyapa mereka dengan melancarkan gangguan, mereka menjawab orang-orang itu dengan ucapan yang baik-baik, dan membalas omongan mereka dengan ucapan-ucapan yang di dalamnya tidak terkandung unsur dosa dan tidak merespon orang jahil dengan tindakan jahilnya.
وَالَّذِينَ يَبِيتُونَ لِرَبِّهِمْ سُجَّدًا وَقِيَامًا
64.  Dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka.
#Dan juga orang-orang yang banyak mengerjakan shalat malam dengan ikhlas kepada Tuhan mereka di dalamnya dan merendahkan diri kepadaNya dengan sujud dan berdiri.
وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا اصْرِفْ عَنَّا عَذَابَ جَهَنَّمَ ۖ إِنَّ عَذَابَهَا كَانَ غَرَامًا
65.  Dan orang-orang yang berkata: “Ya Tuhan kami, jauhkan azab jahannam dari kami, sesungguhnya azabnya itu adalah kebinasaan yang kekal”.
إِنَّهَا سَاءَتْ مُسْتَقَرًّا وَمُقَامًا
66.  Sesungguhnya jahannam itu seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman.
#65-66. Dan juga orang-orang yang meskipun sudah bersungguh-sungguh dalam ibadah, mereka takut kepada Allah, lalu memohon kepadaNya agar menyelamatkan mereka dari siksaan Jahanam. Sesungguhnya siksaannya itu akan mengitari orang yang berhak mendapatkannya. Dan sesungguhnya Jahanam itu adalah seburuk-buruk tempat menetap dan tempat tinggal.
وَالَّذِينَ إِذَا أَنْفَقُوا لَمْ يُسْرِفُوا وَلَمْ يَقْتُرُوا وَكَانَ بَيْنَ ذَٰلِكَ قَوَامًا
67.  Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.
#Dan juga orang-orang yang jika menginfakan sebagian dari kekayaan mereka, mereka tidak melampaui batas dalam memberi dan tidak kurang dalam infak itu. Infak mereka ditengah-tengah antara pemborosan dan kikir. و
الَّذِينَ لَا يَدْعُونَ مَعَ اللَّهِ إِلَٰهًا آخَرَ وَلَا يَقْتُلُونَ النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ وَلَا يَزْنُونَ ۚ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَٰلِكَ يَلْقَ أَثَامًا
68.  Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan yang demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa(nya),
 يُضَاعَفْ لَهُ الْعَذَابُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَيَخْلُدْ فِيهِ مُهَانًا
69.  (yakni) akan dilipat gandakan azab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina,
إِلَّا مَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ عَمَلًا صَالِحًا فَأُولَٰئِكَ يُبَدِّلُ اللَّهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ ۗ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا
70.  kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
وَمَنْ تَابَ وَعَمِلَ صَالِحًا فَإِنَّهُ يَتُوبُ إِلَى اللَّهِ مَتَابًا
71.  Dan orang-orang yang bertaubat dan mengerjakan amal saleh, maka sesungguhnya dia bertaubat kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya.
#68-71. Dan juga orang-orang yang mengesakan Allah, dan tidak menyeru dan tidak menyembah sesembahan selainNya, dan mereka tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah untuk dibunuh kecuali dengan alasan yang membolehkan jiwa dibunuh, seperti kafir setelah beriman, atau berzina setelah menikah, atau membunuh jiwa secara zhalim. Dan mereka juga tidak berzina, dan bisa menjaga kemaluan mereka kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak perempuan yang mereka miliki. Barangsiapa melakukan sebagian dari dosa-dosa besar ini, niscaya akan menjumpai siksaan di akhirat kelak, siksaan dilipat gandakan baginya di akhirat, dan ia akan kekal di dalamnya dalam keadaan hina lagi rendah. (Ancaman kekal ini adalah bagi orang yang melakukan semuanya, atau bagi orang yang melakukan kesyirikan kepada Allah). Akan tetapi, orang yang bertaubat dari dosa-dosa tersebut dengan taubat nasuha (yang sesungguhnya), beriman dengan keimanan yang teguh lagi disertai dengan amal shalih, maka orang-orang itulah yang Allah akan menghapus kesalahan-kesalahan mereka dan menggantikannya dengan kebaikan-kebaikan, lantaran taubat dan penyesalan mereka. Dan Allah itu Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat, Maha Pemurah terhadap hamba-hambaNya, karena Allah menyeru mereka untuk bertaubat setelah menentangnya dengan maksiat yang paling besar. Dan barangsiapa bertaubat dari dosa-dosa yang telah diperbuatnya dan beramal shalih, sesungguhnya dengan itu, ia telah kembali kepada Allah dengan cara yang benar, maka Allah menerima taubatnya dan mengugurkan dosa-dosanya.
وَالَّذِينَ لَا يَشْهَدُونَ الزُّورَ وَإِذَا مَرُّوا بِاللَّغْوِ مَرُّوا كِرَامًا
72.  Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu, dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya.
#Dan juga orang-orang yang tidak memberikan persaksian dusta dan tidak menghadiri tempat-tempatnya, dan mereka apabila dengan tidak sengaja melewati orang-orang yang hanyut dalam kebatilan dan permainan, orang-orang itu melintasi mereka dengan berpaling dan mengingkari, dengan menjaga kehormatan diri dan tidak menyukai itu terjadi pada selain mereka.
وَالَّذِينَ إِذَا ذُكِّرُوا بِآيَاتِ رَبِّهِمْ لَمْ يَخِرُّوا عَلَيْهَا صُمًّا وَعُمْيَانًا
73.  Dan orang-orang yang apabila diberi peringatan dengan ayat-ayat Tuhan mereka, mereka tidaklah menghadapinya sebagai orang-orang yang tuli dan buta.
#Dan juga orang-orang yang apabila mereka diberi nasihat dengan ayat-ayat al-Qur’an dan bukti-bukti keesaan Allah, mereka tidak melalaikannya layaknya orang tuli yang tidak dapat mendengarnya dan orang buta yang tidak melihatnya. Bahkan sebaliknya, hati mereka memahaminya dengan jeli dan mata hati mereka terbuka untuknya, kemudian mereka menyungkur kepada Allah dengan bersujud lagi taat
وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
74.  Dan orang orang yang berkata: “Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.
#Dan juga orang-orang yang memohon kepada Allah dengan mengatakan, “wahai Tuhan Kami, anugerahkanlah kepada kami dari istri-istri kami dan anak-anak kami apa yang dapat menyejukkan pandangan mata kami yang disitu kami memperoleh kenyamanan hidup dan kebahagiaan, dan jadikanlah kami teladan baik yang diikuti oleh orang-orang yang bertakwa dalam kebaikan.”
أُولَٰئِكَ يُجْزَوْنَ الْغُرْفَةَ بِمَا صَبَرُوا وَيُلَقَّوْنَ فِيهَا تَحِيَّةً وَسَلَامًا
75.  Mereka itulah orang yang dibalasi dengan martabat yang tinggi (dalam surga) karena kesabaran mereka dan mereka disambut dengan penghormatan dan ucapan selamat di dalamnya,
خَالِدِينَ فِيهَا ۚ حَسُنَتْ مُسْتَقَرًّا وَمُقَامًا
76.  mereka kekal di dalamnya. Surga itu sebaik-baik tempat menetap dan tempat kediaman.
#75-76. Orang-orang yang memiliki sifat-sifat yang telah dikemukakan dari kalangan hamba-hamba ar-Rahman itu, mereka akan dibalas dengan balasan tempat tinggal tertinggi di surga, dengan rahmat Allah dan dikarenakan kesabaran mereka untuk taat. Dan mereka akan disambut di surga dengan penghormatan dan ucapan salam dari malaikat dan (menjumpai) kehidupan yang baik dan keselamatan dari berbagai gangguan, mereka kekal abadi di dalamnya tanpa ada kematian. Itu adalah sebaik-baik tempat menetap yang mereka diami dan tempat tinggal yang mereka huni. Mereka tidak mengharapkan pindah dari sana.
قُلْ مَا يَعْبَأُ بِكُمْ رَبِّي لَوْلَا دُعَاؤُكُمْ ۖ فَقَدْ كَذَّبْتُمْ فَسَوْفَ يَكُونُ لِزَامًا
77.  Katakanlah (kepada orang-orang musyrik): “Tuhanku tidak mengindahkan kamu, melainkan kalau ada ibadatmu. (Tetapi bagaimana kamu beribadat kepada-Nya), padahal kamu sungguh telah mendustakan-Nya? karena itu kelak (azab) pasti (menimpamu)”.
#Allah mengabarkan bahwa sesungguhnya Dia tidak peduli dan tidak mengindahkan manusia, kalau bukan karena doa mereka kepadaNya, baik doa ibadah maupun doa permohonan. Dan sungguh kalian (wahai orang-orang kafir) sikap mendustakan yang kalian lakukan akan berakibat pada siksaan yang mengikat kalian seperti orang-orang yang memiliki piutang kepada seseorang, dan akan membinasakan kalian di dunia dan akhirat.
Kesimpulan
- Jadi sifat-sifat Ibad Arrahman berdasarkan rangkaian ayat-ayat di atas ada 12 sifat:
Sifat Pertama : Tawadhu’, rendah hati, tenang, khusyu’
 Sifat Kedua : Membalas Kejelekan dengan Kebaikan
Sifat Ketiga : Senantiasa Tahajjud di Keheningan Malam
Sifat Keempat: Ketakutan Mereka dari Adzab Neraka Jahannam
Sifat Kelima: Tidak Berlebihan dalam Membelanjakan Harta
Sifat Keenam: Tidak Beribadah kepada ilah yang lain beserta Allah
Sifat Ketujuh: Tidak Membunuh
Sifat Kedelapan: Tidak Berzina
Sifat Kesembilan: Tidak Bersumpah Palsu
Sifat Kesepuluh: Tidak melakukan perbuatan yang tidak berguna
Sifat Kesebelas: Ketenangan di dalam Keluarga dan Keturunan yang Shaleh
Sifat Kedua belas: Menuntut ilmu dan Mengharapkan Taufik dari Allah subhanahu wa ta’ala


-Balasan bagi yang memiliki sifat-sifat tersebut adalah syurga dengan segala kenikmatan di dalamnya. Itulah kenikmatan yang indah dan nikmat, kenikmatan dan kebahagiaan yang tiada tara. Mereka kekal di dalamnya.

sumber: www.tafsirweb.com

Thursday 18 April 2019

Wawasan Umum Tentang Alquran (Soal - Jawab)



Tanya (T) : Berapa jumlah Surah dalam Al Quran?
Jawab (J) : 114 Surah

T : Berapa jumlah juz dalam Al Quran?
J : 30 juz

T : Berapa jumlah Hizb dalam Al Quran?
J : 60 Hizb

T: Berapa jumlah Ayat dalam Al Quran?
J : 6236 Ayat

T : Berapa jumlah Kata dalam Al Quran dan Berapa Jumlah Hurufnya?
J : 77437 kata, atau 77439 kata dan 320670 huruf

T : Siapa Malaikat yang disebut dalam Al Quran?
J : Jibril, Mikail, Malik, Raqib, Atiid,Malakulmaut, Harut, Marut, Al-Hafazoh, Al-Kiromulkatibun Hamalatul Arsy, dll.

T : Berapa Jumlah Ayat Sajdah dalam Al Quran?
J : 15 Sajdah

T : Berapa Jumlah para Nabi yang disebut dalam Al Quran?
J : 25 Nabi

T : Berapa Jumlah Surah Madaniyah dalam Al Quran?
J : 28 Surah, al-Baqoroh, al-Imron, al-Nisa" al-Maidah, al-Anfal, al-Tawbah, al-Ra'd, al-Haj, al-Nur, al-Ahzab, Muhammad, al-Fath, al-Hujurat, al-Rahman, al-Hadid, al-Mujadilah, al-Hasyr, al-Mumtahanah, al-Shaf, al-Jum'ah, al-Munafiqun, al-Taghabun, al-Thalaq, al-Tahrim, al-Insan, al-Bayinah, al-Zalzalah, al-Nashr.

T : Berapa Jumlah Surah Makiyah dalam Al Quran?
J : 86 Surat, selain surah tersebut di  atas.

(Baca Juga: Hafal Al Quran 30 Juz Dalam Waktu 40 Hari? Insya Alloh Bisa! Mau Tahu Caranya?)

T : Berapa Jumlah Surah yang dimulai dgn huruf dalam Al Quran?
J : 29 Surah.

T : Apakah yang dimaksud dgn Surah Makiyyah? Sebutkan 10 diantaranya.
J : Surah Makiyyah adalah Surah yang diturunkan di Makkah sebelum Hijrah, seperti: al-An'am, al-Araf, al-Shaffat, al-Isra', al-Naml, al-Waqi'ah, al-Haqqah, al-Jin, al-Muzammil, al-Falaq.

T : Apakah yang dimaksud dgn Surah Madaniyyah? Sebutkan lima diantaranya.
J : Surah Madaniyah adalah Surah yang diturunkan di Madinah setelah Hijrah, seperti: al-Baqarah, al-Imran, al-Anfal, al-Tawbah, al-Haj.

T : Siapakah nama para Nabi yang disebut dalam Al Quran?
J : Adam, Nuh, Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'qub, Musa, Isa, Ayub, Yunus, Harun, Dawud, Sulaiman, Yusuf, Zakaria, Yahya, Ilyas, Alyasa', Luth, Hud, Saleh, ZulKifli, Syuaib, Idris, Muhammad Saw.

T : Siapakah satu-satunya nama wanita solehah yang disebut namanya dalam Al Quran?
J : Maryam binti Imran.

T : Siapakah satu-satunya nama Sahabat yang disebut namanya dalam Al Quran?
J : Zaid bin Haritsah. Rujuk dalam surah Al Ahzab ayat 37.

T : Apakah ayat dalam Al Quran yang pertama kali turun?
J : surah al alaq ayat 1-5 ( إقرأ باسم ربك الذي خلق)

T : Apakah ayat terakhir yang turun dalam Al Quran?
J : ayat 3 surah al maidah  أليوم أكملت لكم دينكم وأ تممت عليكم نعمتي و رضيت لكم الإسلام دينا)

T : Apakah nama Surah yang tanpa Basmalah?
J : Surah at-Tawbah (Baro'ah).

T : Apakah nama Surah yang memiliki dua Basmalah?
J : Surah al-Naml.

(Baca Juga: Hafal Al Quran 30 Juz Dalam Waktu 40 Hari? Insya Alloh Bisa! Mau Tahu Caranya?)

T : Apakah yang disebut Surah Al-Mu'awidzatain (2 surah penjagaan)?
J : Surah Al-Falaq & An-Naas.

T : Apakah nama Surah yang bernilai seperempat Al Quran?
J : Surah al-Kafirun.

T : Apakah nama Surah yang bernilai sepertiga Al Quran?
J : Surah al-Ikhlas

T : Apakah nama Surah yang menyelamatkan dari siksa Kubur?
J : Surah al-Mulk

T : Apakah nama Surah yang apabila dibaca pada hari Jumat akan menerangi sepanjang pekan?
J : Surah al-Kahfi

T : Apakah ayat yang paling agung dan dalam Surah apa?
J : Ayat Kursi, dalam Surah al-Baqarah ayat No.255

T : Apakah nama Surah yang paling agung dan berapa jumlah ayatnya?
J : Surah al-Fatihah, 7 ayat.

T : Apakah ayat yang paling bijak dan dalam surah apa?
J : Firman Allah Swt :"Barang siapa yang melakukan kebaikan sebesar biji sawi ia akan lihat, Barang siapa melakukan kejahatan sebesar biji sawi ia akan lihat". (TQS. al-Zalzalah ayat 7-8)

T : Apakah nama Surah yang ada dua sajdahnya?
J : Surah al-Haj ayat 18 dan ayat 77.

T : Pada kata apakah pertengahan Al Quran itu di Surah apa? Ayat ke berapa?
J : * وليتلطف* Surah -Kahfi ayat No. 19

T : Ayat apakah bila dibaca setiap habis Sholat Fardhu dapat mengantarkannya masuk ke dalam surga?
J : Ayat Kursi.

T : Ayat apakah yang diulang-ulang sbyk 31 kali dalam satu Surah dan di Surah apa?
J : Ayat فبأي آلاء ربكما تكذبانِ ) pada Surah al-Rahman.

T : Ayat apakah yang diulang-ulang sbyk 10 kali dalam satu Surah dan di surah apa? Apakah ayat ini ada juga disebut dalam surah lainnya? Di Surah apa?
J : Ayat (ويل يومئذ للمكذبين) pada Surah al-Mursalat, juga ada dalam Surah al-Muthaffifiin ayat No. 10.

T : Apakah Ayat terpanjang dalam Al Quran? pada Surah apa? Ayat berapa? Dan apa yang dibahas?
J : Ayat No 282 Surah al-Baqarah, membahas muamalah dg sesama manusia dalam keuangan& hutang piutang

Thursday 4 April 2019

Macam-Macam Mandi Sunnah


Selain melakukan mandi wajib, seorang muslim pun disunnahkan mandi dalam kondisi-kondisi tertentu sebagai berikut.

Pertama, mandi hari jum’at. Dalil yang menunjukkan disyari’atkannya mandi Jum’at diantaranya adalah hadits-hadits berikut.

إِذَا جَاءَ أَحَدُكُمْ إِلَى الْجُمُعَةِ فَلْيَغْتَسِلْ
“Jika salah seorang di antara kalian menghadiri shalat Jum’at, maka hendaklah ia mandi.” (HR. Bukhari no. 919 dan Muslim no. 845)

لِلَّهِ تَعَالَى عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ حَقٌّ أَنْ يَغْتَسِلَ فِى كُلِّ سَبْعَةِ أَيَّامٍ يَوْمًا
“Hak Allah yang wajib ditunaikan oleh setiap muslim adalah ia mandi dalam satu hari dalam sepekan dari hari-hari yang ada.” (HR. Bukhari no. 898 dan Muslim no. 849).

Namun ada juga ulama yang menyatakan bahwa mandi Jum’at itu sunnah, dalilnya adalah hadits berikut.

مَنْ تَوَضَّأَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ فَبِهَا وَنِعْمَتْ وَمَنْ اغْتَسَلَ فَالْغُسْلُ أَفْضَلُ
“Barangsiapa berwudhu di hari Jum’at, maka itu baik. Namun barangsiapa mandi ketika itu, maka itu lebih afdhol.” (HR. An Nasai no. 1380, At Tirmidzi no. 497 dan Ibnu Majah no. 1091). Hadits ini diho’ifkan oleh sebagian ulama. Sebagian lagi menshahihkannya semacam Syaikh Al Albani.

Kedua, mandi untuk shalat hari raya, hukumnya sunnah menurut para ulama berdasarkan riwayat dari ‘Ali bin Abi Tholib radhiyallahu ‘anhu ,

سَأَلَ رَجُلٌ عَلِيًّا رَضِيَ اللهُ عَنْهَ عَنِ الغُسْلِ قَالَ اِغْتَسِلْ كُلًّ يَوْمٍ إِنْ شِئْتَ فَقَالَ لاَ الغُسْل الَّذِي هُوَ الغُسْلُ قَالَ يَوْمَ الجُمُعَةِ وَيَوْمَ عَرَفَةَ وَيَوْمَ النَّحْرِ وَيَوْمَ الفِطْرِ
Seseorang pernah bertanya pada ‘Ali radhiyallahu ‘anhu mengenai mandi. ‘Ali menjawab, “Mandilah setiap hari jika kamu mau.” Orang tadi berkata, “Bukan. Maksudku, manakah mandi yang dianjurkan?” ‘Ali menjawab, “Mandi pada hari Jum’at, hari ‘Arofah, hari Idul Adha dan Idul Fithri.” (HR. Al Baihaqi 3/278. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih. Lihat Al Irwa’ 1/177)

Juga berdasarkan riwayat dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma,

عَنْ نَافِعٍ أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ كَانَ يَغْتَسِلُ يَوْمَ الْفِطْرِ قَبْلَ أَنْ يَغْدُوَ إِلَى الْمُصَلَّى
Dari Nafi’, (ia berkata bahwa) ‘Abdullah bin ‘Umar biasa mandi di hari Idul Fithri sebelum ia berangkat pagi-pagi ke tanah lapang. (HR. Malik dalam Muwatho’ 426. An Nawawi menyatakan bahwa atsar ini shahih)

Ketiga, mandi marena selesai memandikan janazah, sesuai sabda Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam dari Abu Hurairah,

مِنْ غُسْلِهِ الْغُسْلُ وَمِنْ حَمْلِهِ الْوُضُوءُ
“Setelah memandikan mayit, maka hendaklah mandi dan setelah memikulnya, hendaklah berwudhu.” (HR. Tirmidzi no. 993. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).

Keempat, mandi ihram bagi yang hendak menunaikan haji atau umrah, seperti dalam hadits Zaid bin Tsabit radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,

أَنَّهُ رَأَى النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- تَجَرَّدَ لإِهْلاَلِهِ وَاغْتَسَلَ
“Ia melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melepas pakaian beliau yang dijahit, lalu beliau mandi.” Abu Isa At Tirmidzi berkata, “Ini merupakan hadits hasan gharib. Sebagian ulama menyunahkan mandi pada waktu ihram. Ini juga pendapat Asy Syafi’i.” (HR. Tirmidzi no. 830)

Kelima, mandi karena memasuki kota Makkah. Hal ini dianjurkan berdasarkan hadits Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma. Nafi’ berkata,

أَنَّ ابْنَ عُمَرَ كَانَ لاَ يَقْدَمُ مَكَّةَ إِلاَّ بَاتَ بِذِى طَوًى حَتَّى يُصْبِحَ وَيَغْتَسِلَ ثُمَّ يَدْخُلُ مَكَّةَ نَهَارًا وَيَذْكُرُ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- أَنَّهُ فَعَلَهُ.
“Ibnu Umar tidak pernah memasuki kota Makkah kecuali ia bermalam terlebih dahulu di Dzi Thuwa sampai waktu pagi datang. Setelah itu, ia mandi dan baru memasuki kota Makkah pada siang harinya. Ia menyebutkan bahwa hal tersebut dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, bahwa beliau melakukannya.” (HR. Muslim no. 1259)

An Nawawi rahimahullah menyatakan bahwa ulama Syafi’iyah mengatakan, “Mandi ketika memasuki Mekkah adalah mandi yang disunnahkan. Jika tidak mampu melakukannya, maka diperkenankan dengan tayamum.” (Al Minhaj Syarh Muslim bin Al Hajjaj, Abu Zakariya Yahya bin Syarf An Nawawi, 9/5, Dar Ihya’ At Turots, 1392.)

Juga dinukil oleh Ibnu Hajar rahimahullah, Ibnul Mundzir mengatakan, “Mandi ketika memasuki Mekkah disunnahkan menurut kebanyakan ulama. Jika tidak dilakukan, tidak dikenai fidyah ketika itu. Kebanyakan ulama mengatakan bahwa mandi ketika itu bisa pula diganti dengan wudhu.” (Lihat Fathul Bari, Ibnu Hajar Al Asqolani, 3/435, Darul Ma’rifah, 1379)

Keenam, mandi setiap kali shalat bagi wanita istihadhoh. Ini disunnahkan berdasarkan hadits ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata,

أنَّ أُمَّ حَبِيبَةَ اسْتُحِيضَتْ سَبْعَ سِنِينَ ، فَسَأَلَتْ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – عَنْ ذَلِكَ ، فَأَمَرَهَا أَنْ تَغْتَسِلَ فَقَالَ « هَذَا عِرْقٌ » . فَكَانَتْ تَغْتَسِلُ لِكُلِّ صَلاَةٍ
“Ummu Habibah mengeluarkan darah istihadhah (darah penyakit) selama tujuh tahun. Lalu ia bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang masalah itu. Beliau lalu memerintahkan kepadanya untuk mandi, beliau bersabda, ‘Ini akibat urat yang luka (darah penyakit).’ Maka Ummu Habibah selalu mandi untuk setiap kali shalat.” (HR. Bukhari no. 327 dan Muslim no. 334)

Mengenai hal ini Imam Asy Syafi’i rahimahullah berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan Ummu Habibah untuk mandi, lalu shalat. Namun mandi setiap kali shalat untuknya hanyalah sunnah (tidak sampai wajib)”. Demikian pula dikatakan oleh Al Laits bin Sa’ad dalam riwayatnya pada Imam Muslim, di sana Ibnu Syihab tidak menyebutkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan Ummu Habibah untuk mandi setiap kali shalat. Namun Ummu Habibah saja yang melakukannya setiap kali shalat. (Lihat Fathul Bari, 1/427)

Mayoritas ulama berpandangan bahwa wanita istihadhoh tidak wajib mandi untuk setiap kali shalat. Di antara alasannya disampaikan oleh Al Muhallab bahwa darah istihadhoh adalah darah penyakit (akibat urat yang luka) sehingga tidak menyebabkan wajib mandi. Sudah barang tentu jika setiap kali shalat diwajibkan untuk mandi, maka ini adalah sesuatu yang teramat menyulitkan.

Ketujuh, mandi ketika ingin mengulangi jima’ (berhubungan seks). Berdasarkan hadits Abu Rofi’ radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,

أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- طَافَ ذَاتَ يَوْمٍ عَلَى نِسَائِهِ يَغْتَسِلُ عِنْدَ هَذِهِ وَعِنْدَ هَذِهِ. قَالَ فَقُلْتُ لَهُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَلاَ تَجْعَلُهُ غُسْلاً وَاحِدًا قَالَ « هَذَا أَزْكَى وَأَطْيَبُ وَأَطْهَرُ »
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada suatu hari pernah menggilir istri-istri beliau, beliau mandi tiap kali selesai berhubungan bersama ini dan ini. Aku bertanya, “Ya Rasulullah, bukankah lebih baik engkau cukup sekali mandi saja?” Beliau menjawab, “Seperti ini lebih suci dan lebih baik serta lebih bersih.” (HR. Abu Daud no. 219 dan Ahmad 6/8. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan)

Penulis ‘Aunul Ma’bud mengatakan, “Hadits ini menunjukkan disunnahkannya mandi ketika ingin mengulangi jima’ dengan istri. Hal ini tidak ada perselisihan di dalamnya.” ( ‘Aunul Ma’bud Syarh Sunan Abi Daud, Al ‘Azhim Abadi, 1/254, Darul Kutub Al ‘Ilmiyyah, cetakan kedua, 1415)

Namun ketika ingin mengulangi jima’ dibolehkan pula hanya dengan berwudhu saja, sebagaimana dalam hadits Abu Sa’id, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا أَتَى أَحَدُكُمْ أَهْلَهُ ثُمَّ أَرَادَ أَنْ يَعُودَ فَلْيَتَوَضَّأْ
“Jika salah seorang di antara kalian mendatangi istrinya, lalu ia ingin mengulangi jima’nya, maka hendaklah ia berwudhu.” (HR. Muslim no. 308)

An Nawawi rahimahullah menjelaskan, “Semua hadits ini menunjukkan bahwa boleh bagi seseorang yang dalam keadaan junub untuk tidur, makan, minum, dan kembali berjima’ dengan istrinya sebelum ia mandi. Hal ini telah disepakati oleh para ulama. Para ulama pun sepakat bahwa badan dan keringat orang yang junub itu suci. Namun untuk melakukan hal-hal tadi dianjurkan untuk berwudhu dengan mencuci kemaluan (lebih dulu).”

Wallahu A’lam…

Tuesday 12 March 2019

حلاوة العبادة وعلامات قبولها


فهد بن عبدالعزيز بن عبدالله الشويرخ

http://www.saaid.net/Doat/alshwairek/24.htm
 بسم الله الرحمن الرحيم 
 
الحمد لله رب العالمين, والصلاة والسلام على أشرف الأنبياء والمرسلين, نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين...أما بعد: فحلاوة العبادة لها أسباب, ولقبولها علامات, والعلامة الشيخ محمد بن صالح العثيمين رحمه الله, له كلام عن ذلك في عددٍ من مصنفاته, وقد يسّر الله لي فجمعتُ بعضه, مع مباحث أخرى تتعلق بالعبادة, أسأل الله الكريم أن ينفع بما جمعت, ويبارك فيه. 
من أسباب لذة العبادة وحلاوتها:
سئل الشيخ:ما أسباب تحصيل لذة العبادة التي كان يجدها أمثالُ ابن تيمية رحمه الله؟ فأجاب ذلك فضل الله سبحانه وتعالى يُؤتيه من يشاء وله أسباب:منها : كثرة قراءة القرآن فإن كثرة قراءة القرآن تُلين القلب قال ابن عبدالقوي رحمه الله:  وواظب على درس القرآن فإنهُ      يُلين قلباً قاسـياً  مثل جلمـد
ومنها : أن يكون الإنسان قلبه دائماً متعلقاً بالله مٌعرضاً عما سواه, مُتجنباً للقيل والقال, وكثرة السؤال, ومنها : أن يحضر قلبه عند العبادة بحيث لا يفكرُ ولا يوسوسُ, بل يكون قلبه حاضراً يتأمل ما يقول وما يفعل من عبادة الله عز وجل.
وقال الشيخ رحمه الله: تصور يا أخي يناجيك الله عز وجل وأنت في صلاتك, يسمعك من فوق سبع سموات, ويردُّ عليك, إذا قلت : } الحمد لله رب العالمين { قال الله تعالى : حمدني عبدي وإذا قال : } الرحمن الرحيم { قال الله تعالى : أثني علي عبدي, وإذا قال : } مالك يوم الدين {قال : مجدني عبدي, والتمجيد: التعظيم, فهل نشعُرُ ونحن نصلي بهذا ؟ ! الشكوى لله عز وجل, أكثرنا وأكثر أوقاتنا أننا لا نشعُرُ بهذا, نقرأ الفاتحة على أنها ركن لا تصح الصلاة إلا بها, لكننا لا نشعُرُ بهذه المعاني العظيمة أننا نُناجي الله عز وجل من فوق سمواته: ]حمدني عبدي {من يشعر بهذا يجد لذَّة عظيمة للصلاة, ويجد أن قلبهُ استنار بها, وأنه خرج منها بقلبٍ غير القلب الذي دخل فيها به.
وقال رحمه الله: أنصحهم أن يتذوقوا طعم هذه الصلاة, يقوموا الليل حتى يذوقوا طعمه, ويذوقوا بذلك طعم الإيمان.
وقال رحمه الله:إذا شعر الإنسان بأنه مفتقر لربه فسيجد حلاوة العبادة

من علامات قبول العبادة:
قال الشيخ رحمه الله: قد تكون هناك علامات لمن تقبل الله منهم من الحُجَّاج والصائمين والمتصدِّقين والمصلِّين, وهي انشراح الصدر, وسرور القلب, ونور الوجه, فإن للطاعات علامات تظهر على بدن صاحبها, بل هي ظاهره وباطنه أيضاً, وذكر بعض السلف أن من علامات قبول الحسنة : أن يُوفَّق الإنسان لحسنة بعدها, فإن توفيق الله إياه لحسنة بعدها يدل على أن الله عز وجل قبل عمله الأول, ومنَّ عليه بعمل آخر يرضي به عنه.
من أتى بالعبادة على الوجه المشروع فليستبشر خيراً:
قال الشيخ رحمه الله: الواجب على المرء إذا أتى بالعبادة على الوجه المشروع إخلاصاً لله ومتابعة لرسول الله صلى الله عليه وسلم, أن يستبشر خيراً, وأن يقول : اللهم كما مننت عليَّ بالعمل فامنُن عليَّ بالقبول, ولا ييأس, بل يفرح, وقد جاء في الحديث : ( من سرته حسنته وساءته سيئته فذلك المؤمن ) هذا شهادة من الرسول عليه الصلاة والسلام أن الإنسان إذا فعل الحسنة وسُرَّ بذلك وفرح وانشرح صدره, وإذا عمل سيئة اغتم لذلك, فذلك هو المؤمن بنص كلام الرسول علية الصلاة والسلام
استشعار المرء أنه من حين يدخل في الإحرام إلى أن يحلَّ منه وهو في عباده:

قال الشيخ رحمه الله: ليعلم أنَّ المرءَ من حين يدخل في الإحرام إلى أن يحِلَّ منه فهو في عباده, في ليله ونهاره, ونومه ويقظته, وقيامه وقعوده, فليشعر بذلك شعوراً تاماً, حتى يحصل له زيادة الإيمان, والرجوع إلى الله عز وجل, فإن ذلك من أهم الأمور التي ينبغي للإنسان أن يعتني بها.

العبادة التي تخفى حكمتها أبلغ في التعبد:
قال الشيخ رحمه الله: جميع أوامر الشرع ونواهيه حكمة, ولا حاجة أن نعرف العلة, لأننا نعلم أن الله حكيم, وأنه ما شرعه إلا لحكمة, وما موقفنا من الأوامر والنواهي إلا أن نقول : ( سمعنا وأطعنا ), فإن تيسير لنا معرفة الحكمة فهذه منة من الله عز وجل, ومساعدة ومعونة من الله, حتى يطمئن القلب ويقوى الإيمان, وإن لم تتبين فالمؤمن يكفيه أن هذا حكم الله عز وجل ولذلك ربما تكون العبادة التي تخفى حكمتها أبلغ في التعبد, لأن الشيء إذا علمت علته قد يكون عقلك يأمرك به لكن إذا كنت لا تعرف العلة فإن تذلُّلك لله به وعبادتك إياه أبلغ في التذلل.
عبادة الله بالهدى لا بالهوى:

قال الشيخ رحمه الله: ينبغي للإنسان أن يكون عنده فقه في دين الله, وأن يتبع ما جاء عن السلف...وألا يعبد الله بالهوى وإنما يعبده بالهُدى, فاعبد الله بالهدى لا بالهوى, ولو أننا قُلنا: إن الإنسان يعبد الله بالهوى, لكان أولئك أصحاب الطرق الذين ابتدعوا في دين الله ما ليس منه لكانوا على صواب, ولاختلف الناس فيما بينهم في دين الله, ولكن إذا قلنا: العبادةُ موقوفة على ما جاء به الشرع فحينئذ نتَّحد ويكون عملنا واحد.

الصبر مع انتظار الفرج من أعظم العبادات:
قال الشيخ رحمه الله: الصبر مع انتظار الفرج يُعتبرُ من أعظم العبادات, لأنك إذا كنت تنتظر الفرج فأنت تنتظرُ الفرج من الله عز وجل, وهذه عبادة, وقد قال النبي علية الصلاة والسلام: ( واعلم أن النصر مع الصبر, وأن الفرج مع الكرب) فكلما اكتربت الأمور فإن الفرج أقرب إليك, ( وإن مع العسر يُسراً ) 

من فوائد بسط الدعاء أنه عبادة, وكلما كررت الدعاء ازددت لله تعبداً:
قال الشيخ رحمه الله: مقام الدعاء يقتضى البسط, لأمور:
الأول: -وهو أهمها لمن فتح الله قلبه- التلذُّذ بمناجاة الله عز وجل, لأن كل واحد منَّا لو كان له صديق محبوب إليه فإنه يحب أن يبسط ويُكثر معه القول, وإذا جلس إليه وقاما يتحدثان تمضى الساعات الطويلة وكأنها دقائق.
الأمر الثاني: أن الدعاء عبادة, وكلما كررت ازددت لله تعبداً, فيزداد أجرك بازدياد جمل الدعاء
الأمر الثالث: أن البسط والتفصيل يُوجب تذكُّر الإنسان كل هذه الأنواع التي بسطها وبيَّنها وفصَّلها, واستحضار الإنسان لذنوبه تفصيلاً أكمل في التوبة, لأن التوبة المُجملة لا تستوعب جميع الذنوب استحضاراً وإن كانت تستوعبها لفظاً ومدلولاً, فمثلاً: لو قال الإنسان: اللهم اغفر لي ذنبي كلَّه, وهو قد فعل ذنوباً قد تكون أكبر مما يتصوره الآن, لكن غابت عن باله, فإذا ذكر وفصَّل كان هذا أبلغ في التوبة, لأن الدلالة على تعين الأفراد أقوى من الدلالة على العموم. 
وقال رحمه الله: وانظر إلى قول الرسول علية الصلاة والسلام: (اللهم اغفر لي ذنبي كُلَّهُ, دقَّهُ وجلَّهُ, علانيتهُ وسرَّهُ, وأولهُ وآخرهُ, اللهم اغفر لي ما قدمت وما أخرتُ, وما أعلنت وما أسررت, وما أنت أعلمُ به منِّي) يكفى عن هذا كله أن يقول: ( اللهم اغفر ذنبي, لكن البسط له تأثير على القلب. 
فتح أبواب الجنة الثمانية يعني تيسير العبادات المؤدية لها:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ( ما منكم من أحدٍ يتوضأ فيسبغُ الوضوء, ثم يقول: أشهد أن لا إله إلا الله, وأن محمداً عبد الله ورسوله, إلا فتحت له أبواب الجنة الثمانية يدخُلُ من أيها شاء ) [أخرجه مسلم]  قال الشيخ رحمه الله: ومعنى فتح أبواب الجنة الثمانية: أنه تيسير له أعمال هذه الأبواب. فتيسر له الصلاة, والصيام, والصدقة, والجهاد, وغير ذلك من الأبواب.
 

Monday 4 February 2019

CONTOH-CONTOH MUKADDIMAH DALAM BAHASA ARAB

Contoh Mukadimah Pidato 1

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ كَانَ بِعِبَادِهِ خَبِيْرًا بَصِيْرًا، تَبَارَكَ الَّذِيْ جَعَلَ فِي السَّمَاءِ بُرُوْجًا وَجَعَلَ فِيْهَا سِرَاجًا وَقَمَرًا مُنِيْرًا. أَشْهَدُ اَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وأََشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وُرَسُولُهُ الَّذِيْ بَعَثَهُ بِالْحَقِّ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا، وَدَاعِيَا إِلَى الْحَقِّ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيْرًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. أَمَّا بَعْدُ؛
Artinya :
Segala puji bagi Allah, yang Maha Mengetahui dan Maha Melihat hamba-hambanya, Maha suci Allah, Dia-lah yang menciptakan bintang-bintang di langit, dan dijadikan padanya penerang dan Bulan yang bercahaya. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan Rasul-Nya, yang diutus dengan kebenaran, sebagai pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan, mengajak pada kebenaran dengan izin-Nya, dan cahaya penerang bagi umatnya. Ya Allah, curahkan sholawat dan salam bagi nya dan keluarganya, yaitu doa dan keselamatan yang berlimpah.

Contoh Mukodimah Pidato 2
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَسْتَهْدِيْهِ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنِ اهْتَدَى بِهُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ. أَمَّا بَعْدُ؛ 
Artinya :
Segala puji bagi Allah, kita memuji-Nya dan meminta pertolongan, pengampunan, dan petunjuk-Nya. Kita berlindung kepada Allah dari kejahatan diri kita dan keburukan amal kita. Barang siapa mendapat dari petunjuk Allah maka tidak akan ada yang menyesatkannya, dan barang siapa yang sesat maka tidak ada pemberi petunjuknya baginya. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya. Ya Allah, semoga doa dan keselamatan tercurah pada Muhammad dan keluarganya, dan sahabat dan siapa saja yang mendapat petunjuk hingga hari kiamat

Contoh Kalimat Mukodimah 3
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ ،َأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.، أَمَّا بَعْدُ؛
Artinya :
Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat ilahi Rabbi, atas karunia-Nya kita bisa sama-sama berkumpul dalam rangka thalabulilmi, mencari ilmu. Serta kita bisa bersilaturahim, bertatap muka di majlis yang mulia ini dalam kadaan aman fi amanillah, sehat wal afiat. Mudah-mudaham setiap derap langkah bisa membuahkan pahala bagi kita semua, bisa menjadi penghapus dosa dan pengangkat derajat di hadapan llah Swt.Taklupa semoga shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada jungjunan kita Nabi Muhammad Saw., kepada keluarganya, sahabatnya, para tabi’in, tabiut tabiahum, kepada kita semua, serta kepada seluruh umatnya hingga akhir zaman yang menjadikan sebagai uswatun hasanah, suri tauladan yang baik.

Contoh Kalimat Mukadimah 4
الْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ اْلإِيْمَانِ وَاْلإِسْلاَمِ. وَنُصَلِّيْ وَنُسَلِّمُ عَلَى خَيْرِ اْلأَنَامِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ أَمَّا بَعْدُ
Artinya :
Segala puji bagi Allah yang telah memberi sebaik-baik nikmat berupa iman dan islam. Salawat dan doa keselamatanku terlimpahkan selalu kepada Nabi Agung Muhammad Saw berserta keluarga dan para sahabat-sahabat Nabi semuanya

Contoh Mukadimah 5
الْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ أَمَّا بَعْدُ
Artinya :
Segala puji bagi Allah Sang Penguasa alam semesta. Semoga salawat serta keselamatan tercurahkan selalu kepada Nabi dan Rasul termulia. Berserta keluarga dan sahabat-sahabatnya, semuanya.