Thursday 28 September 2023

TADABBUR SURAT NUH

Mengenal Surat Nuh

Makkiyyah, 28 atau 29 ayat Turun sesudah Surat An-Nahl  sebelum surat Atthur

  Tadabbur Surat Nuh

إِنَّآ أَرْسَلْنَا نُوحًا إِلَىٰ قَوْمِهِۦٓ أَنْ أَنذِرْ قَوْمَكَ مِن قَبْلِ أَن يَأْتِيَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

1. Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya (dengan memerintahkan): “Berilah kaummu peringatan sebelum datang kepadanya azab yang pedih”,

قَالَ يَٰقَوْمِ إِنِّى لَكُمْ نَذِيرٌ مُّبِينٌ

2. Nuh berkata: “Hai kaumku, sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang menjelaskan kepada kamu,

أَنِ ٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ وَٱتَّقُوهُ وَأَطِيعُونِ

3. (yaitu) sembahlah olehmu Allah, bertakwalah kepada-Nya dan taatlah kepadaku,

Tafsir Ayat 1-3

1. Nabi Nuh datang sekitar 1000 tahun setelah wafatnya nabi Adam AS. Beliau hidup setelah masa Nabi Idris AS.

2. Nabi Nuh as terlahir dan hidup di tengah-tengah kaum yang menyekutukan Allah swt.

Mereka menyembah berhala. Sungguh mereka dalam kesesatan yang nyata.

3. Ada riwayat yang mengatakan bahwa sejak Nabi Adam AS hingga sebelum zaman Nabi Nuh ‘alaihissalam, manusia hanya menyembah Allah SWT dan tidak ada yang menyekutukan-Nya. Namun perbuatan syirik muncul pertama kali pada zaman Nabi Nuh alaihissalam.

4. Allah mengutusnya dan mengangkatnya menjadi rasul. Allah memerintahkan Nuh untuk mengajak kaum untuk beriman dan hanya menyembah Allah semata dan memberi peringatakan kepada kaumnya akan ancaman azab yang pedih jika mereka enggan.

5. Nabi Nuh memanggil kaumnya dengan redaksi “kaumku”. Dengan redaksi demikian, menunjukkan bahwa Nuh semakin mempertegas dia adalah bagian dari kaumnya yang mencintai mereka dan peduli akan nasib mereka. Tentu, seseorang hanya menginginkan kebaikan untuk kaumnya sendiri. Harapannya, dengan panggilan “kaumku” kaumnya akan lebih mempercayai Nabi Nuh sebagai nabi dan menyambut dakwahnya dan beriman kepada Allah.


يَغْفِرْ لَكُم مِّن ذُنُوبِكُمْ وَيُؤَخِّرْكُمْ إِلَىٰٓ أَجَلٍ مُّسَمًّى ۚ إِنَّ أَجَلَ ٱللَّهِ إِذَا جَآءَ لَا يُؤَخَّرُ ۖ لَوْ كُنتُمْ تَعْلَمُونَ

4. niscaya Allah akan mengampuni sebagian dosa-dosamu dan menangguhkan kamu sampai kepada waktu yang ditentukan. Sesungguhnya ketetapan Allah apabila telah datang tidak dapat ditangguhkan, kalau kamu mengetahui”.

Tafsir Ayat ke-5

1. Di ayat ini Nuh menggunakan uslub motifasi. Bahwa “jika kalian bertaubat dari kekufuran kalian dan beriman serta menyembah Allah swt semata, maka Dia akan mengampuni dosa syirik kalian. Allah akan panjangkan usia kalian dan Allah akan selamatkan kalian dari azabNya”. Iman yang lurus dan hidup ketaatan itu memanjangkan usia dan mendatangkan keberkahan dalam hidup. Senada dengan hadits yang mengatakan bahwa bersilaturahim akan memanjangkan usia seseorang.

Namun, meskipun begitu kalian tetap akan menemui ajal kalian. Tidak satupun manusia bisa melewati waktu ajal yang sudah Allah tentukan.

قَالَ رَبِّ إِنِّى دَعَوْتُ قَوْمِى لَيْلًا وَنَهَارًا

5. Nuh berkata: “Ya Tuhanku sesungguhnya aku telah menyeru kaumku malam dan siang,

فَلَمْ يَزِدْهُمْ دُعَآءِىٓ إِلَّا فِرَارًا

6. maka seruanku itu hanyalah menambah mereka lari (dari kebenaran).

وَإِنِّى كُلَّمَا دَعَوْتُهُمْ لِتَغْفِرَ لَهُمْ جَعَلُوٓا۟ أَصَٰبِعَهُمْ فِىٓ ءَاذَانِهِمْ وَٱسْتَغْشَوْا۟ ثِيَابَهُمْ وَأَصَرُّوا۟ وَٱسْتَكْبَرُوا۟ ٱسْتِكْبَارًا

7. Dan sesungguhnya setiap kali aku menyeru mereka (kepada iman) agar Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jari mereka ke dalam telinganya dan menutupkan bajunya (kemukanya) dan mereka tetap (mengingkari) dan menyombongkan diri dengan sangat.

ثُمَّ إِنِّى دَعَوْتُهُمْ جِهَارًا

8. Kemudian sesungguhnya aku telah menyeru mereka (kepada iman) dengan cara terang-terangan,

ثُمَّ إِنِّىٓ أَعْلَنتُ لَهُمْ وَأَسْرَرْتُ لَهُمْ إِسْرَارًا

9. kemudian sesungguhnya aku (menyeru) mereka (lagi) dengan terang-terangan dan dengan diam-diam,

 

Tafsir ayat 5-9

5 ayat ini menjelaskan betapa nabi Nuh as benar-benar menunaikan tugasnya sebagai rasul dengan penuh kesabaran. Beliau bekerja keras dalam berdakwah. Menyeru kaumnya kepada iman. Siang dan malam. Dengan berbagai cara, baik dengan terang-terangan dan secara sembunyi-sembunyi.

Namun apakah kaumnya menyambut dakwah? Tidak. Bahkan mereka semakin membencinya dan semakin menjauhinya. Setiap kali Nuh menyeru, mereka menutup telinga dan wajah mereka. Mereka enggan mendengarkannya dan melihat wajahnya.

Jadi tidak banyak yang beriman kepada beliau. Bahkan istri dan anaknya Kan’an menolak dakwah beliau. Diriwayatkan bahwa hanya 80 orang saja yang beriman kepada beliau.

Bebrapa riwayat tentang manusia yang selamat dari banjir besar yang menimpa kaum nabi Nuh as:

وقال ابن كثير في البداية والنهاية: قد قيل: إن نوحًا -عليه السلام- لم يولد له هؤلاء الثلاثة الأولاد: (سام، وحام، ويافث) إلا بعد الطوفان، وإنما ولد له قبل السفينة كنعان الذي غرق، وعابر مات قبل الطوفان. والصحيح أن أولاده الثلاثة كانوا معه في السفينة هم ونساؤهم، وأمهم، وهو نص التوراة. اهـ.

وكفر امرأة نوح المنصوص عليه في القرآن لا يخفى على أمثال هؤلاء! فلعلهم يقصدون أن نوحًا -عليه السلام- كانت له زوجة أخرى مسلمة؛ فقد ذكر بعضهم في سياق واحد هلاك امرأته، وأنه كان معه امرأته في السفينة، كما قال البغوي في تفسيره: {إلا من سبق عليه القول} بالهلاك، يعني امرأته واعلة، وابنه كنعان، {ومن آمن}، يعني: واحمل من آمن بك ... قال قتادة، وابن جريج، ومحمد بن كعب القرظي: لم يكن في السفينة إلا ثمانية، نوح، وامرأته، وثلاثة بنين له، ونساؤهم". اهـ.

وقد نص بعض المفسرين على أنه كان لنوح امرأة مسلمة، قال البيضاوي في أنوار التنزيل: {إِلَّا مَنْ سَبَقَ عَلَيْهِ الْقَوْلُ} بأنه من المغرقين، يريد ابنه كنعان، وأمه واعلة، فإنهما كانا كافرين. {وَمَنْ آمَنَ} والمؤمنين من غيرهم. {وَما آمَنَ مَعَهُ إِلَّا قَلِيلٌ} قيل: كانوا تسعة وسبعين: زوجته المسلمة، وبنوه الثلاثة: سام، وحام، ويافث، ونساؤهم، واثنان وسبعون رجلًا وامرأة من غيرهم. اهـ. وكذا قال ابن عجيبة في البحر المديد.

وقال الخطيب الشربيني في السراج المنير: {إلا من سبق عليه القول} بأنه من المغرقين، وهو: ابنه كنعان، وأمّه واعلة، وكانا كافرين، حكم الله تعالى عليهما بالهلاك، بخلاف سام، وحام، ويافث، وزوجاتهم ثلاثة، وزوجته المسلمة. اهـ.

 

فَقُلْتُ ٱسْتَغْفِرُوا۟ رَبَّكُمْ إِنَّهُۥ كَانَ غَفَّارًا

10. maka aku katakan kepada mereka: ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, -sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun-,

يُرْسِلِ ٱلسَّمَآءَ عَلَيْكُم مِّدْرَارًا

 11. niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat,

وَيُمْدِدْكُم بِأَمْوَٰلٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَل لَّكُمْ جَنَّٰتٍ وَيَجْعَل لَّكُمْ أَنْهَٰرًا

12. dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.

Tafsir ayat 10-12

1. Nabi mengajak kaumnya untuk bertaubat. “mitalah ampun (beristighfarlah) kepada Allah niscaya Allah akan memberikan keberkahan dalam hidup kalian dengan diberikan rezki yang luas, hujan yang lebat, harta dan anak yang banyak, kebun-kebun yang luas dan sungai yang mengalir.

2. Disini Nuh as lagi-lagi menggunakan uslub targhib (motifasi), bahwa taubat dan kembali kepada Allah berbuah kebaikan, bukan hanya di akhirat, tapi juga ada balasan kebaikan di dunia.

3. Istighfar memiliki fadilah yang sangat banyak, diantaranya:


مَّا لَكُمْ لَا تَرْجُونَ لِلَّهِ وَقَارًا

13. Mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran Allah?

وَقَدْ خَلَقَكُمْ أَطْوَارًا

14. Padahal Dia sesungguhnya telah menciptakan kamu dalam beberapa tahapan kejadian.

أَلَمْ تَرَوْا۟ كَيْفَ خَلَقَ ٱللَّهُ سَبْعَ سَمَٰوَٰتٍ طِبَاقًا

15. Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah menciptakan tujuh langit bertingkat-tingkat?

وَجَعَلَ ٱلْقَمَرَ فِيهِنَّ نُورًا وَجَعَلَ ٱلشَّمْسَ سِرَاجًا

16. Dan Allah menciptakan padanya bulan sebagai cahaya dan menjadikan matahari sebagai pelita?

وَٱللَّهُ أَنۢبَتَكُم مِّنَ ٱلْأَرْضِ نَبَاتًا

17. Dan Allah menumbuhkan kamu dari tanah dengan sebaik-baiknya,

ثُمَّ يُعِيدُكُمْ فِيهَا وَيُخْرِجُكُمْ إِخْرَاجًا

18. kemudian Dia mengembalikan kamu ke dalam tanah dan mengeluarkan kamu (daripadanya pada hari kiamat) dengan sebenar-benarnya.

وَٱللَّهُ جَعَلَ لَكُمُ ٱلْأَرْضَ بِسَاطًا

19. Dan Allah menjadikan bumi untukmu sebagai hamparan,

لِّتَسْلُكُوا۟ مِنْهَا سُبُلًا فِجَاجًا

20. supaya kamu menjalani jalan-jalan yang luas di bumi itu”.


Tafsir ayat 13-20

Pada ayat 13-20 ini, Nuh mengingatkan kaumnya akan kebesaran dan keMaha Kuasaan Allah SWT. Allah mengingatkan bagaimana manusia diciptakan, penciptaan langin; penciptaan bulan yang bercahaya dan bulan yang bersinar; bahwa manusia diciptakan dari bumi; lalu nanti akan dikembalikan ke bumi dan akan dikeluarkan dari perut bumi dan dibangkitkan di hari kiamat kelak; lalu juga Nuh mengingatkan mengingatkan bahwa Allah telah menciptakan bumi terhampar; supaya manusia bisa menjelajahi bumi ini.

Nabi Nuh as mengingatkan ini semua kepada kaumnya, bahwa betapa Allah Maha Besar, Maha pencipta, KaruniaNya sangat tidak terhitung. Nuh As berharap dengan menyampaikan ini, kaumnya akan sadar dan kembali kepada Allah dan meninggalkan sesembahan mereka.

Namun apa yang terjadi? Kita lihat pada ayat berikutnya.


قَالَ نُوحٌ رَّبِّ إِنَّهُمْ عَصَوْنِى وَٱتَّبَعُوا۟ مَن لَّمْ يَزِدْهُ مَالُهُۥ وَوَلَدُهُۥٓ إِلَّا خَسَارًا

 21. Nuh berkata: “Ya Tuhanku, sesungguhnya mereka telah mendurhakaiku dan telah mengikuti orang-orang yang harta dan anak-anaknya tidak menambah kepadanya melainkan kerugian belaka,

وَمَكَرُوا۟ مَكْرًا كُبَّارًا

22. dan melakukan tipu-daya yang amat besar”.

وَقَالُوا۟ لَا تَذَرُنَّ ءَالِهَتَكُمْ وَلَا تَذَرُنَّ وَدًّا وَلَا سُوَاعًا وَلَا يَغُوثَ وَيَعُوقَ وَنَسْرًا

23. Dan mereka berkata: “Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) wadd, dan jangan pula suwwa’, yaghuts, ya’uq dan nasr”.

Ini adalah nama berhala-berhala sesembahan mereka selain Allah. Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Hisyam, dari ibnu Juraij dan Ata, dari Ibnu Abbas, bahwa berhala-berhala yang ada pada kaum Nuh itu kemudian menjadi sembahan orang-orang Arab di kemudian harinya. Wadd sembahan Bani Kalb yang terletak di Daumatul Jandal, suwa’ sembahan Huzail, yagus sembahan Murad, kemudian Bani Gatif di Al-Jirf di negeri Saba, sedangkan ya’uq adalah berhala sembahan Hamdan, dan nasr sembahan Himyar dan keluarga Zul Kala’. 

Pada mulanya nama-nama tersebut merupakan nama orang-orang saleh dari kalangan kaum Nabi Nuh a.s. Ketika mereka meninggal dunia, setan membisikkan kepada kaum mereka, “Buatkanlah tugu-tugu pada bekas tempat-tempat duduk mereka berupa patung-patung, lalu namailah dengan nama-nama mereka.” Maka mereka melakukannya, dan pada mulanya tidak disembah. Tetapi lama-kelamaan setelah ilmu diangkat dari mereka, maka mulailah patung-patung itu disembah dan dipuja. Hal yang sama telah diriwayatkan dari Ikrimah, Ad-Dahhak, Qatadah, dan Ibnu Ishaq.

وَقَدْ أَضَلُّوا۟ كَثِيرًا ۖ وَلَا تَزِدِ ٱلظَّٰلِمِينَ إِلَّا ضَلَٰلًا

24. Dan sesudahnya mereka menyesatkan kebanyakan (manusia); dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kesesatan.

Mujahid mengatakan bahwa kubbar artinya amat besar, menurut Ibnu Zaid artinya besar. Orang-orang Arab mengatakan amrun ‘ajibun, ujaban, dan ‘ujjabun (perkara yang mengagumkan). Dikatakan pula rajulun husanun dan hussanun (lelaki yang tampan), atau jumalun dan jummalun, mempunyai makna yang sama.


مِّمَّا خَطِيٓـَٰٔتِهِمْ أُغْرِقُوا۟ فَأُدْخِلُوا۟ نَارًا فَلَمْ يَجِدُوا۟ لَهُم مِّن دُونِ ٱللَّهِ أَنصَارًا

25. Disebabkan kesalahan-kesalahan mereka, mereka ditenggelamkan lalu dimasukkan ke neraka, maka mereka tidak mendapat penolong-penolong bagi mereka selain dari Allah.

وَقَالَ نُوحٌ رَّبِّ لَا تَذَرْ عَلَى ٱلْأَرْضِ مِنَ ٱلْكَٰفِرِينَ دَيَّارًا

26. Nuh berkata: “Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorangpun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi.

إِنَّكَ إِن تَذَرْهُمْ يُضِلُّوا۟ عِبَادَكَ وَلَا يَلِدُوٓا۟ إِلَّا فَاجِرًا كَفَّارًا

27. Sesungguhnya jika Engkau biarkan mereka tinggal, niscaya mereka akan menyesatkan hamba-hamba-Mu, dan mereka tidak akan melahirkan selain anak yang berbuat maksiat lagi sangat kafir.

رَّبِّ ٱغْفِرْ لِى وَلِوَٰلِدَىَّ وَلِمَن دَخَلَ بَيْتِىَ مُؤْمِنًا وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَٱلْمُؤْمِنَٰتِ وَلَا تَزِدِ ٱلظَّٰلِمِينَ إِلَّا تَبَارًۢا

28. Ya Tuhanku! Ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kebinasaan”.


{رَبِّ اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِمَنْ دَخَلَ بَيْتِيَ مُؤْمِنًا}

Ya Tuhanku! Ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman. (Nuh: 28)

Ibu bapaknya termasuk yang beriman kepada Nabi Nuh AS.

Menurut Ad-Dahhak, yang dimaksud dengan rumahku ialah masjidku. Akan tetapi, tidak mengapa jika ayat ditakwilkan sesuai dengan makna lahiriahnya. Yaitu bahwa dia mendoakan bagi setiap orang yang masuk ke dalam rumahnya dalam keadaan beriman.

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Abdur Rahman, telah menceritakan kepada kami Haiwah, telah menceritakan kepada kami Salim ibnu Gailan, bahwa Al-Walid ibnu Qais At-Tajibi pernah menceritakan kepadanya bahwa ia pernah mendengar Abu Sa’id Al-Khudri atau dari Abul Haisam, dari Abu Sa’id, bahwa Abu Sa’id pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Janganlah kamu berteman kecuali dengan orang mukmin, dan janganlah makan makananmu kecuali orang yang bertakwa.

Imam Abu Daud dan, Imam Turmuzi meriwayatkan hadis ini melalui Abdullah ibnul Mubarak, dari Haiwah ibnu Syuraih dengan sanad yang sama. Kemudian Imam Turmuzi mengatakan bahwa sesungguhnya kami mengenal hadis ini hanya melalui jalur ini saja.

*******************

Firman Allah Swt.:

{وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ}

dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. (Nuh: 28)

Ini merupakan doa untuk segenap orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan, yang hal ini mencakup orang yang masih hidup dari kalangan mereka dan juga orang yang sudah mati. Karena itulah maka disunatkan membaca doa seperti ini karena mengikut kepada jejak Nabi Nuh a.s. dan mengamalkan apa yang disebutkan di dalam asar-asar dan doa-doa yang terkenal lagi dianjurkan oleh syariat.

Firman Allah Swt.:

{وَلا تَزِدِ الظَّالِمِينَ إِلا تَبَارًا}

Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kebinasaan. (Nuh: 28)

As-Saddi mengatakan bahwa makna tabaran ialah kebinasaan. Sedangkan menurut Mujahid, artinya kerugian, yakni di dunia dan akhirat.

Pelajaran dari surat Nuh AS

1. Kesabaran dan kerja keras nabi Nuh dalam berdakwah. Allah mengangkat derajat nabi Nuh atas dakwahnya.

Mungkin inilah keberkahan itu. Bahwa keberkahan usia manusia tidaklah semata dilihat dari panjangnya usia. Tidak juga diukur dengan standar manusia. Tak banyak yang memuji Nabi Nuh. Bahkan kebanyakan dari kaumnya mendurhakai dan mendustakannya. Karena itulah, tak heran bila Allah menyematkan penghargaan khusus kepadanya. Sebagai salah satu orang pilihan-Nya. Sebagai salah satu dari lima nabi-Nya yang diberi gelar ulul ’azmi minarrusul.

2. Berdakwah dengan hikmah dan mengedepankan rasionalitas bukan doktrin. Beragam uslub dakwah: targhib, ancaman dan mengingatkan akan kebesaran Allah SWT

3. Anjuran untuk banyak bertaubat dan beristighfar dan fadilah istighfar

4. Tentang kebesaran dan keagungan Allah

5. Tentang sikap kaum nabi Nuh as yang menantang dakwah beliau

6. Nasib kaum nabi yang mendustakannya, yaitu kebinasaan (ditenggelamkan) sementara kaumnya yang beriman diselamatkan bersama nabi Nuh As

7. Doa nabi Nuh untuk kebinasaan kaumnya yang menyekutukan Allah

8. Kisah dakwah nabi Nuh ini menjadi penguat dan penghibur bagi nabi Muhammad swt dalam perjuangan dakwahnya. Allah mengatakan dalam surat Ali Imran 

{ فإن كذبوك فقد كذب رسل من قبلك جاءوا بالبينات والزبر والكتاب المنير }

Jika engkau disakiti dihalangan2i dakwahmu maka sesungguhnya nabi2 sebelum juga mengalami hal yg sama bahkan jauh lebih buruk kondisinya drpda yang engkau hadapi

#Ini juga menjadi penghibur dan penguat bagi para sahabat Rasulullah SAW.

#Dan tentu saja ini juga menjadi motifasi bagi kita manusia akhir zaman dalam menapaki jalan dakwah ini. Bahwa halangan dan rintangan yang kita hadapi dalam berdakwah hari ini belum seberapa jika dibandingkan dengan yang dihadapi oleh nabiyullah Nuh AS dulu. Maka melalui kita ini kita termotifasi untuk terus melangkah menapaki jalan dakwah ini, dengan ikhlas mengharap ridho dan pertolongan dari Allah. Tidak peduli apapun hasil dari dakwah kita. Karena tugas kita memang hanya bekerja dan berjuang, sementara hasilnya semata-mata ketentuan dari Allah SWT.