Saturday 24 June 2017

Ingatlah Kematian Selalu Mengintaimu

Di dunia ini ada sesuatu hal yang paling pasti adanya. Yang kepastiannya disepakati oleh semua orang. Siapapun dia. Apapun agamanya. Bahkan atheis yang tidak percaya adanya tuhanpun meyakini adanya sesuatu hal ini. Apakah sesuatu hal tersebut? Itulah kematian. Iya, semua orang meyakini adanya kematian.
Kematian adalah suatu yang pasti datang. Setiap yang bernyawa pasti akan menemui ajalnya.
Allah SWT telah berfirman:
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۖ فَمَن زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ - 3:185
Setiap jiwa pasti akan merasakan mati. Dan sesungguhnya akan disempurnakan pahalamu di hari kiamat kelak.  Barangsiapa yang dijauhkan dari neraka dan dimasukan ke dalam syurga maka sungguh ia telah beruntung. Sungguh kehidupan dunia itu hanyalah kesenangan yang menipu. (Al Imran : 185)
**************
Kematian tidak melihat siapa kita. Tidak memandang status social kita. Yang miskin akan mati dan yang kaya juga akan mati.  Rakyat biasa juga akan mati dan pejabat akan mati.

Kematian juga tidak pandang usia. Yang tua akan mati. Yang mudapun jika sudah datang ajalnya juga pasti akan mati. Betapa banyak bayi mati. Betapa remaja yang masih sangat belia dan sehat mati. Sementara banyak juga orang yang sakit-sakitan mati di usia tua. Karena memang kematian adalah rahasia Allah SWT.
Allah SWT berfirman:

وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ ۖ فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً ۖ وَلَا يَسْتَقْدِمُون (الأعراف : 34 )
Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya.
Tidak seorangpun tau kapan, dimana dan bagaimana dia akan mati. Apakah di rumah ataukah di jalanan. Apakah dia mati ketika sedang ibadah atau maksiat. Apakah dalam keadaan sakit atau dalam keadaan sehat dan segar bugar. Jika ajal telah datang maka tidak ada yang bisa menghalanginya.
Jadi tidak seorangpun tahu kapan, dimana dan bagaimana dia akan menemui ajalnya. Karena memang kematian adalah misteri Ilahi, hanya Allah SWT yang tahu. 

Allah SWT berfirman:
..... وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَّاذَا تَكْسِبُ غَدًا ۖ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ ......
Dan tidak seorangpun tau apa yang akan dia lakukan esok hari. Dan tidak seorangpun tau di bumi mana dia akan mati

Oleh Karena itu, janganlah kita terpedaya oleh kesibukan dunia. Jangan sampai kesenangan dan kesibukan urusan dunia melalaikan kita. Karena kematian datang tiba-tiba.

Karena kita tidak tau kapan, dimana dan bagaimana kita akan mati, maka seharusnyalah kita selalu berada dalam ketaatan. Kita harus selalu berada di jalan yang diridhoi Allah SWT. Jangan sampai Allah mencabut nyawa kita ketika sedang melakukan maksiat. Nauzu billah min zalik.
Apalagi dalam sebuah riwayat dikatakan
يموت المرؤ على ما عاش عليه
Cara mati seseorang ditentukan kebiasaan hidupnya
Jika seseorang ketika hidupnya suka beribadah maka ada kecendungan dia akan diwafatkan dalam keadaan sedang beribadah. Walaupun ini tidak pasti. Sementara jika dia ketika hidupnya suka bermaksiat maka ada kecendrungan juga dia akan mati dalam keadaan  sedang bermaksiat. Waliyadzu billah.
Alangkah indahnya dan beruntungnya jika seorang hamba mati ketika sedang beribadah, sedang shalat, puasa, membaca quran dan amal kebaikan lainnya. Dan Alangkah buruknya nasib seseorang yang mati dalam keadaan sedang bermaksiat.
Semoga Allah tutup usia kita dengan husnul khatimah dan dijauhkan dari suúl khatimah.
***********
Demikianlah hakikat kematian.
Pertanyaan yang paling penting kemudian adalah apakah kita sudah siap menghadapi kematian? Apa yang sudah kita siapkan untuk mengahadapi kematian? Amal apakah yang sudah kita lakukan sebagai bekal hidup kita setelah mati? Inilah pertanyaan yang harus selalu kita tanyakan pada diri kita masing-masing.
Rasulullah menuturkan:

الكيس من دان لنفسه وعمل لما بعد الموت ....
(هذا حديث صحيح على شرط البخاري ولم يخرجاه)
“Orang yang cerdas ialah orang yang dapat menundukkan jiwanya (agar selalu taat kepada Allah, pent) dan ia senantiasa beramal untuk hari sesudah kematiannya.”(Almustadrak Alashshohihain dalam Kitabul Iman)
Jadi orang yang paling hebat dan cerdas bukanlah orang yang paling tinggi pendidikannya dan paling banyak gelar akademiknya. Tapi yang paling hebat dan cerdas adalah orang selalu mempersiapkan diri untuk hidup setelah mati.
Lalu apa yang harus kita lakukan untuk mempersiapkan diri menghadapi kematian?
Setidaknya Ada 3 hal penting yang perlu kita lakukan sebagai persiapan kita untuk menghadapi kematian:
1-       Taubat
Amal yang pertama yang harus kita lakukan untuk mempersiapkan diri sebelum ajal menjemput adalah bertaubat kepada Allah SWT.
Bertaubatlah kita sebelum ajal datang. Bertaubat dari semua dosa dan kesalahan yang pernah kita lakukan di masa lalu. Baik dosa besar maupun dosa kecil.
Sungguh tidak ada manusia yang sempurna. Tidak ada manusia yang tidak berdosa. Tidak ada yang ma’sum selain Rasulullah SAW. Semua orang pasti pernah berdosa. Tapi sebaik-baik orang berdosa adalah orang banyak bertaubat.
Rasulullah bersabda:
كل بنى آدم خطاء ، وخير الخطائين التوابون
“Setiap manusia banyak berbuat salah, dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah orang banyak bertaubat”
Marilah kita sama-sama bertaubat kepada Allah SWT. Bertaubat dengan sebenar-benarnya. Menyesali semua dosa yang penah kita lakukan, dengan penyesalan yang mendalam. Kemudian kita bertekad dan berjanji untuk tidak mengulanginya kembali.
Namun jika kita jatuh lagi pada perbuatan maksiat itu, maka kita harus bertaubat lagi. Jika jatuh lagi, kita bertaubat lagi. Karena Allah adalah Attawwab : Yang maha menerima taubat hambaNya. Allah adalah AlGhafur : Maha pengampun. 
Kita harus bertaubat setiap hari sepanjang hidup kita. Sembari mengatakan astaghfirullah… astaghfirullah sebanyak-banyaknya.
Kita mesti meneladani Rasulullah SAW. Sesungguhnya Rasulullah bertaubat setiap hari. Beliau beristighfar tidak kurang dari 70 kali atau 100 kali setiap hari. Padahal kita tau bahwa beliau adalah manusia yang ma’sum yang terjaga dari dosa dan maksiat.
2-       Beramal shaleh.
Hal yang kedua yang harus kita lakukan adalah beramal shaleh.
Amal shalehlah bekal dan modal yang sesungguhnya untuk kehidupan setelah mati.
Ketika kita sudah meninggal tidak ada yang akan menemani kita nanti di alam kubur. Harta yang kita kumpulkan di dunia akan ditinggalkan. Keluarga yang kita cintai yang kita berjuang habis-habisan untuk membahagiakan mereka juka tidak akan mau menemani kita di dalam kubur. Jabatan yang kita banggakan di dunia tidak ada gunanya di akhirat nanti. Semuanya akan kita tinggalkan. Yang akan mengikuti kita kelak hanyalah satu. Itulah amal shaleh.
Ada sebuah kisah nyata yang pernah diceritakan oleh seorang dai.
Diceritakan ada seorang yang kaya raya. Memiliki harta berlimpah. Dia sudah lanjut usia. Menjelang wafatnya dia sakit. Pada waktu sakit itu dia mengumpulkan anak-anaknya. Dia katakan: “Wahai anak-anakku, sebelum meninggal ayah ingin berwasiat. Ada dua wasiat dari ayah. Ayah harap kalian mau melaksanakannya nanti jika ayah meninggal. 
Anak-anaknya bertanya: "apa gerangan wasiat itu wahai ayahanda?"
Ayahnya menjawab: "Wasiat yang pertama wahai anakku, ayah punya kaos kaki kesayangan. Walaupun sudah lama tapi ayah sangat suka dengan kaos kaki ini. ayah berwasiat jika nanti ayah mati maka pakaikan kaos kaki ini di kaki ayah tepat ketika ayah akan dikafankan. 
"Adapun wasiat kedua". kata sang ayah "di dalam lemari itu ada surat untuk kalian. Jika nanti ayah mati bacalah surat itu tepat ketika ayah hendak dikafankan".  Seminggu setelah itu, laki-laki tua yang kaya raya itupun meninggal. Ketika hendak dikafankan anak-anaknya mengatakan kepada Ustadz yang mengurusi jenazah laki-laki tersebut.
“Wahai Ustadz …” kata anaknya. “sebelum meninggal ayah kami berwasiat untuk dipakaikan kaos kaki ini padanya sebelum dikafankan”.
Ustadz tersebut menjawab: “jenazah tidak boleh dipakaikan apapun selain dari kain kafan ini”. Mereka ngotot agar wasiat itu dilaksanakan. Tapi ustadz tersebut tetap tidak mau. Karena memang hal itu tidak dibolehkan. Dia berkata: “jika kalian ngotot silahkan kalian cari ustadz lain untuk mengurusi jenazah ayah kalian”.
Akhirnya mereka mengikuti apa yang dikatakan oleh ustadz tersebut. Lalu ustadz itupun bertanya: “apakah ada wasiat lain dari ayah kalian?” mereka menjawab: “ada ustadz”.
Lalu mereka mengeluarkan secarik kertas dari sebuah lemari. Apakah isi wasiat tersebut?
Isi wasiat tersebut adalah: “wahai anak-anakku, kalian tahu bahwa ayah kaya raya. Ayah punya banyak harta. Namun coba kalian lihat. Semua harta yang ayah miliki tidak berguna bagi ayah. Semuanya ayah tinggalkan. Bahkan kaos kaki yang sudah lama dan sudah bolong-bolong itupun tidak bisa menemani ayah di dalam kubur”.
Hadirin rohimakumullah…
Lihatlah, bagaimana banyaknya harta seseorang tidak bermanfaat baginya ketika dia sudah mati.
Sesungguhnya yang bermanfaat bagi seseorang ketika sudah mati adalah amalan shaleh ketika hidup di dunia.
Harta yang ditinggalkan akan menjadi bermanfaat bagi si mayit jika harta tersebut disedekahkan oleh ahli warisnya dengan niat pahalanya dihadiahkan untuk si mayit tersebut.
3-       Banyak Mengingat Mati
Hal ketiga yang mesti kita lakukan adalah banyak-banyak mengingat kematian.
Rasulullah SAW bersabda:
أكثروا ذكر هاذم اللذات
Perbanyaklah mengingat pemotong kelezatan (HR Attirmidzi, Kitab Azzuhd)
Apakah yang dimaksud dengan pemotong kenikmatan?  Itulah kematian.
Kita diperintahkan untuk mengingat kematian, agar apa?
Addaqqoq pernah berkata:
من أكثر من ذكر الموتSiapa yang banyak mengingat mati
أكرم بثلاثة أشياء: Dia akan diberikan 3 hal
تعجيل التوبة، segera bertaubat
وقناعة القلب، rasa cukup atas apa yang Allah berikan. Tidak tamak dan tidak melakukan hal-hal yang haram untuk mendapatkan apa yang ia inginkan.
 ونشاط العبادة، rajin beribadah. Kenapa? Karena dia merasa kematian selalu mengintainya.
ومن نسي الموت dan siapa yang lupa bahwa dia akan mati
عوقب بثلاثة أشياء: dia akan ditimpakan 3 hal
تسويف التوبة، suka menunda-nunda taubat
وترك الرضى بالكفاف، selalu merasa tidak cukup atas apa yang dia miliki

والتكاسل في العبادة dan malas beribadah .

No comments:

Post a Comment